NASIB WARGA GAZA SAMBUT RAMADHAN TAHUN INI
ZolidZone - Kita semua saat ini masih dapat merasakan nikmatnya
makan dan tidur ditempat yang nyaman. Tanpa ada gangguan dan suara gemerisik
yang mengganggu. Namun lihatlah mereka yang ada di jalur gaza. Anak-anak
menangis karena kehilangan ibu dan ayah. Banyak orang yang harus jihad di jalan
Allah demi mempertahankan wilayah yang menjadi hak mereka. Mereka kelaparan,
anak-anak itu menangis kesakitan, mereka terbunuh dan teerancam. Dimanakah hati
orang-orang itu yang tega membunuh anak-anak dan semua orang yang tak berdosa.
Bulan suci Ramadhan adalah masa pesta spiritual dan
kesempatan bagi anggota keluarga berbagi makanan berbuka yang lezat segera
setelah matahari terbenam. Tapi bagi banyak warga Gaza, Ramadhan tahun ini
beraroma kemelaratan. Mereka bahkan harus berpuasa hingga berhari-hari tanpa
harus merasakan nikmatnya makanan yang lezat.
Sementara pasar umum Az-Zawya di pusat Kota Gaza penuh
orang, yang datang untuk berbelanja persiapan puasa yang dimulai Senin (6/6/2016),
Fayez Al-Bitar, seorang pedagang buah, tidak sepenuhnya puas karena lemahnya
daya beli masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat yang hidup dalam
kemiskinan dan kelaparan. Sehingga daya jual beli pun sangatlah minim bahkan
tidak ada sama sekali.
Pedagang buah berusia 64 tahun itu mengeluh pembelian
buah dan barang lain seperti produk makanan, kurma dan produk susu pada hari
pertama Ramadhan tidak positif karena memburuknya ekonomi dan tingginya angka
pengangguran serta kemiskinan di Jalur Gaza, daerah kantung sempit berpenghuni
dua juta warga. Sunggu ironis jika kita melihat nasib warga di jalur Gaza saat
ini. Sangat banyak anak-anak dan orang dewasa yang kelaparan dan harus menahan
penderitaan ini bertahun-tahun lamanya.
Memahami kondisi hidup penduduk yang sulit, bukan
hanya Al-Bitar, tapi para pedagang lain yang menjual berbagai jenis produk di
pasar Jalur Gaza awal pekan ini mengumumkan promosi dengan potongan harga. "Bahkan
kampanye penjualan tidak membantu meningkatkan dan mendorong daya beli di
pasar," kata Al-Bitar sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua. Ya Allah
apakah cobaan ini akan terus menimpa saudara kami disana. :’( Berikanlah
petunjukmu dan berikanlah perlindungan untuk saudara kami disana.
Setiap hari di hujani oleh bom dan rasa takut yang
mendalam telah membuat rakyat Gaza sangatlah menderita bahkan kehilangan mata
pencaharian. Tak banyak yang dapat dilakukan oleh saudara-saudara kita disana,
namun hanyalah doa dan bantuan sumbangan yang dapat menyelamatkan dan menghias
senyum di wajah mereka.
Pada 2006, Israel memberlakukan blokade di Jalur Gaza,
dan pada 2007 Israel menganggap daerah kantung Palestina tersebut sebagai
wilayah yang bermusuhan dan memperketat blokade setelah Gerakan Perlawanan
Islam (Hamas) mengambilalih kekuasaan di wilayah itu dengan kekerasan. Blokade
tersebut beberapa kali dihentikan, tapi tak pernah dicabut.
Heba An-Naffar, seorang ibu rumah tangga di Gaza yang
pergi berbelanja keperluan Ramadhan bersama putra dan putrinya mengatakan
kepada Xinhua, "Harga masih wajar untuk sebagian barang, tapi sangat mahal
untuk yang lainnya."
"Ini membuat orang mencari barang yang lebih
murah sekalipun kualitasnya jelek," tambah dia. Dia membeli beberapa
lentera Ramadhan untuk anak-anaknya agar mereka bisa bergembira di tengah
hari-hari yang suram. Ia harus membeli empat lentera Ramadhan buat empat
anaknya dengan harga masing-masing 10 shekel (sekitar 2,6 dolar AS). Kemiskinan
semakin merajalela di wilayah Gaza, Palestina. Penderitaan yang tiada hentinya tidak
menyurutkan keimanan dari rakyat Gaza yang terus mencintai Allah SWT.
Kemiskinan terlihat nyata pada sebagian besar warga
Palestina, terutama buruh yang telah kehilangan pekerjaan mereka akibat
kurangnya pembangunan dan bahan mentah akibat penutupan perbatasan oleh Mesir
dan Israel.
Data internasional menunjukkan bahwa angka kemiskinan
di Jalur Gaza sampai 45 persen. Menurut organisasi internasional dan badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 60 persen penduduk Gaza hidup dalam
ketidakamanan pangan dengan ratusan ribu orang bergantung pada bantuan pangan
asing. Laporan Bank Dunia menyebut Jalur Gaza berada di peringkat ketiga
tertinggi di seluruh kawasan Arab dalam hal angka kemiskinan setelah Sudan dan
Yemen. Menurut organisasi internasional dan badan PBB, lebih dari 60 persen
rakyat Jalur Gaza hidup dalam kerawanan pangan sementara ratusan ribu orang
mengandalkan bantuan makanan dari luar negeri
Di bulan yang penuh berkah ini kita masih dapat
tersenyum bahagia, namun lihatlah mereka yang hanya bisa menangis dan memanggil
nama ayah, ibu, kakak, adik, anak dan lainnya. Masih bisakah kita tersenyum
bahagia diatas penderitaan rakyat Palestina. Masih dapatkah kita merasakan
nikmatnya makanan setelah melihat mereka disana kelaparan. Dibulan yang mulia
ini mereka masih dapat menyembah Allah dengan penuh keyakinan dan cinta. Namun kita
yang disini yang hidup dalam kedamaian dan ketenangan justru malah melupakan
Dzat yang telah memberikan kenikmatan ini.
Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami yang ada
di Palestina, Suriah dan seluruh tempat yang dimana mereka semua sedang
terdzalimi. Berikanlah petunjuk untuk kebahagiaan mereka ya Allah. Akhirilah semua
kesengsaraan yang mereka rasakan. Karena mereka adalah saudara kami. Aamiin
Allahumma Aamiin.
1 comments:
Ya Allah sedihnya
Post a Comment